Apa yang dimaksud dengan berpikir berbasis kekurangan dan berpikir berbasis aset?
Berpikir berbasis kekurangan dan berpikir berbasis asetPENGERTIAN SECARA UMUM
Dalam kehidupan sehari-hari, cara kita memandang situasi atau masalah dapat sangat memengaruhi keputusan yang diambil dan hasil yang dicapai. Dua pendekatan utama dalam cara berpikir ini adalah berpikir berbasis kekurangan dan berpikir berbasis aset. Keduanya memiliki prinsip yang berbeda dalam memahami tantangan, peluang, dan sumber daya yang tersedia. Artikel ini akan membahas definisi, perbedaan, serta dampak dari kedua cara berpikir tersebut.
Apa Itu Berpikir Berbasis Kekurangan?
Berpikir berbasis kekurangan adalah pola pikir yang berfokus pada apa yang tidak dimiliki, tidak ada, atau kurang dalam suatu situasi. Orang dengan pola pikir ini cenderung melihat hambatan lebih dulu daripada peluang.
Sebagai contoh:
- Ketika ingin memulai bisnis, seseorang dengan pola pikir ini mungkin berpikir, "Saya tidak punya modal cukup," atau "Saya kurang pengalaman."
- Ketika menghadapi tantangan dalam pekerjaan, fokus mereka lebih kepada keterbatasan waktu, kurangnya dukungan, atau hal-hal yang berada di luar kendali mereka.
Dampak dari Pola Pikir Kekurangan:
- Menyebabkan rasa cemas dan pesimisme karena fokus terlalu besar pada masalah.
- Menghambat kreativitas karena tidak mencari solusi di luar keterbatasan.
- Mengurangi motivasi karena merasa situasi tidak bisa diubah.
Namun, pola pikir ini tidak sepenuhnya buruk. Dalam beberapa kasus, menyadari kekurangan dapat membantu seseorang menyusun strategi untuk mengatasinya.
Apa Itu Berpikir Berbasis Aset?
Sebaliknya, berpikir berbasis aset adalah pola pikir yang berfokus pada apa yang dimiliki, tersedia, atau dapat digunakan untuk mengatasi situasi. Pendekatan ini melihat kekuatan dan sumber daya sebagai landasan untuk mencapai tujuan.
Sebagai contoh:
- Dalam konteks bisnis, seseorang dengan pola pikir ini mungkin berkata, "Saya punya ide bagus, dan saya bisa mulai dengan sumber daya yang ada."
- Dalam menghadapi tantangan, fokusnya adalah mencari cara memanfaatkan keahlian, jaringan, atau peluang kecil yang ada.
Dampak dari Pola Pikir Aset:
- Meningkatkan rasa percaya diri karena fokus pada hal-hal positif.
- Mendorong kreativitas dan inovasi dengan memanfaatkan potensi yang ada.
- Membantu membangun solusi yang berkelanjutan karena fokus pada kekuatan daripada masalah.
Perbedaan Utama antara Keduanya
Berpikir Berbasis Kekurangan | Berpikir Berbasis Aset |
---|---|
Fokus pada apa yang tidak ada | Fokus pada apa yang dimiliki |
Cenderung pesimis | Cenderung optimis |
Menghambat tindakan | Mendorong tindakan |
Melihat masalah | Melihat peluang |
Contoh Penerapan dalam Kehidupan
Pendidikan:
- Berbasis Kekurangan: "Saya tidak bisa belajar dengan baik karena fasilitas sekolah kurang memadai."
- Berbasis Aset: "Saya bisa memanfaatkan internet atau buku perpustakaan untuk belajar lebih banyak."
Karier:
- Berbasis Kekurangan: "Saya tidak punya pengalaman kerja."
- Berbasis Aset: "Saya punya kemampuan belajar cepat dan dapat mengembangkan diri melalui pelatihan."
Hubungan Sosial:
- Berbasis Kekurangan: "Saya tidak punya banyak teman yang mendukung."
- Berbasis Aset: "Saya bisa memperkuat hubungan dengan orang-orang yang mendukung tujuan saya."
Kesimpulan
Berpikir berbasis kekurangan dan berpikir berbasis aset adalah dua pendekatan yang berlawanan namun dapat saling melengkapi. Meskipun pola pikir berbasis kekurangan membantu kita menyadari kendala yang ada, pola pikir berbasis aset lebih efektif dalam menciptakan solusi dan mendorong kemajuan. Dengan belajar memanfaatkan kekuatan yang dimiliki, kita dapat menghadapi tantangan dengan optimisme dan mencapai tujuan dengan cara yang lebih produktif.
Mulailah bertanya pada diri sendiri: Apa aset yang sudah saya miliki? Bagaimana saya dapat menggunakannya untuk maju? Dengan demikian, Anda akan melatih diri untuk melihat dunia dari sudut pandang yang lebih positif dan konstruktif.